Rabu, Februari 13, 2008

Renungan Perjalanan

Renungan Perjalanan

Jum`at, 29 Desember 2006, jam 02.50 WIB. perjalanan kami terhenti sejenak di Pamekasan untuk istirahat sekedar menghilangkan kepenatan, melepas ketegangan dan mengendorkan otot yang kejang. Istirahat sebagai sebuah selingan hidup tentu biasa kita lakukan. Istirahat adalah berhenti sejenak dari rutinitas dapat berfungsi sebagai pemulihan energi yang telah digunakan dan terbuang. Istirahat berfungsi untuk fal tandhur nafsun maa qoddama li ghoddin, bukan terhenti dari beraktifitas baik kemudian menghiasi dengan aktifitas buruk. Bagi sebagaian orang ada yang beranggapan demikian, tetapi tidak bagi orang yang percaya akan kuasa Allah Tuhannya.

Selepas kanthuk telah manthuk (pergi), penat minggat dan payah musnah kami melanjutkana perjalanan. Demikian pula dalam setiap lini kehidupan, tentu selepas istirahat kita harus giat beraktifitas. Saat subuh, kami tiba di Sumenep dan tarhim membahana di Masjid Agung Sumenep. Dalam perjalanan ke Batang-Batang yang jaraknya ± 22 km arah Utara Sumenep aku terkesima dan bahagia, sebab deretan orang berjajar pergi ka masjid-masjid, ke surau-surau untuk menunaikan sholat Subuh. Dinginnya cuaca yang semalaman diguyur hujan lebat ternyata tak mendinginkan hati untuk berkhitmat dan berbakti pada Gusti. “Sungguh hebat, trentan Madunten !”

Setiba di “Istana” Ust. Zawawi, kamipun segera tunaikan shalat untuk menghilangkan debu sumpah serapah, membasuh wajah tak ramah, mencuci hati penuh benci, menata langkah yang tak terarah agar jiwa tak terjarah oleh nafsu amarah. Semoga sholat kita beratsar pada pondasi dasar kehidupan basyar dan bashar, sehingga nilai sholat kita dapat menata mata basyar dan mata bashar. Dengan demikian sholat kita bisa berperan positif dalam hidup pribadi dan sosial, karena sholat dapat mengingat Allah (QS. Thoha 20 ayat 14). Tentu dengan mengingat Allah dapat menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela (QS. Al Ankabut 29 ayat 45). Sambutan Ust Zawawi ~seorang budayawan dan tokoh nasional~ sangat hangat. Tak sekedar kopi hangat, namun suasanapun akrab. Karena akrabnya kamipun tahu bagaiman acara Si Clurit Emas menorehkan inspirasinya melalui penanya. Ia seorang insan yang dimunculkan Ilahi dari dusun sunyi, jauh dari pusat keramaian, tak pernah mengenyam SMP, SMA ataupun PT, tapi raupan ilahi ~sibghah Ilahi~ telah mencetak seorang tamatan SD dan hanya sempat nyantri 18 bulan dapat berkiprah di dunia dakwah dan budaya di tingkat nasional.

Perjalanan tersebut dapat kita jadikan renungan suci. Pada seorang manusia biasa Allah dapat berbuat sedemikian hebat untuk memproteksinya apalagi pada seorang Nabi. Sehingga tak mustahil seorang yang ummi jika dipilih-Nya menjadi seorang Nabi karena akhlaknya yang mulia, ia bisa mencerahkan dunia. Sebab janji Allah “Sanuqri-uka falaa tansaa, illa masyaa Allah”. Pantaslah kita selalu merenungkan setiap perjalanan yang kita lalui guna memperkokoh keberagamaan kita. Kamipun yakin, setiap kita punya pengalaman religius yang seharusnya kita renungkan tuk menata kehidupan kita, amin. Mudah-mudahan Kita Bisa ! (Jan-07)

Tidak ada komentar: